Rouf (43), sopir truk yang terlibat dalam kecelakaan maut di Tol Cipularang Km 92, Jawa Barat, ternyata baru menekuni profesi ini selama empat bulan.
Sebelumnya, ia bekerja sebagai pemulung barang bekas demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
Hidup penuh perjuangan, Rouf dan keluarganya tidak memiliki banyak materi.
Ketika kecelakaan ini terjadi, kesedihan mendalam dirasakan keluarganya, khususnya oleh istrinya, Tunah (33), yang kini dihantui rasa takut akan kehilangan tulang punggung keluarga mereka.
Di rumah sederhana mereka di Desa Seuat Jaya, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, Banten, Tunah mengungkapkan rasa sedihnya.
“Kenapa nasib kami seperti ini, sudah tak punya apa-apa, malah ada kejadian seperti ini,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Tunah tak henti memeluk dan menciumi anak bungsunya, sementara ia terus berdoa untuk keselamatan suaminya. Kesedihan dan kecemasan nampak jelas di wajah ibu lima anak ini.
Kabar tentang keterlibatan Rouf dalam kecelakaan beruntun ini datang tiba-tiba dan mengguncang keluarga.
Saat pertama kali mendengar, Tunah mengaku kaget hingga pingsan.
Namun, perasaannya sedikit lega ketika mengetahui bahwa suaminya selamat.
Setelah mendengar kabar ini, Tunah dan keluarganya segera berangkat menuju rumah sakit tempat Rouf dirawat.
Sayangnya, meski sudah di sana, ia tidak diizinkan bertemu Rouf oleh petugas.
“Kalau masih hidup saya lega, tetapi suami saya masih belum aman,” ungkap Tunah, penuh kekhawatiran.
Ia berharap Rouf bisa segera bebas dari segala hukuman agar bisa kembali menjadi penopang hidup keluarga. “Harapan saya, suami bisa bebas dan kembali ke keluarga.
Anak kami ada lima, jika dia dipenjara, bagaimana nasib anak-anak kami?” ujarnya, sambil menjelaskan bahwa mereka hidup serba pas-pasan dan tinggal menumpang di rumah orang tua.
Di sisi lain, polisi kini meningkatkan status kasus kecelakaan ini dari penyelidikan menjadi penyidikan.
Dirlantas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Ruminio Ardano, menjelaskan bahwa pihaknya masih mengumpulkan bukti dan meminta keterangan dari para saksi untuk memperjelas kronologi kejadian.
Hingga saat ini, Rouf masih diperiksa sebagai saksi dan berada di Mapolres Purwakarta.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Ruminio memastikan bahwa Rouf dalam kondisi negatif dari pengaruh narkoba dan alkohol.
Meski demikian, polisi berencana untuk memeriksa lebih lanjut kesehatan dan kondisi psikologis Rouf.
“Kami menemukan fakta-fakta yang tidak sesuai, termasuk kurangnya kesiapan pengemudi dalam menghadapi medan jalan,” ungkapnya.
Kecelakaan yang terjadi pada Senin, 11 November 2024, ini melibatkan 17 kendaraan dan menelan korban sebanyak 30 orang.
Satu orang meninggal dunia, sementara 29 lainnya mengalami luka-luka.
Kecelakaan ini kembali menjadi pengingat akan bahaya di jalan tol yang sering kali memakan korban, terutama bagi para pengemudi yang tidak terbiasa dengan kondisi jalan atau yang berada di bawah tekanan pekerjaan.
Kisah ini menjadi potret kehidupan banyak pengemudi yang terpaksa menekuni profesi baru demi kebutuhan keluarga, meski dengan keterbatasan kemampuan.
Rouf, dengan segala harapannya, kini berada di persimpangan hidup, antara tanggung jawab keluarga dan tuntutan hukum yang mungkin menjeratnya.